Banyak anak-anak di dunia ini yang mengalami malnutrisi. Lakukan pencegahan dimulai dari lingkungan sekitarmu.
Malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan anak dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar anak di Indonesia hingga saat ini. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013, sebesar 13,9% anak Indonesia masih mengalami gizi kurang, dan 5,7% anak Indonesia masih mengalami gizi buruk.
Apa Itu Malnutrisi?
Malnutrisi didefinisikan sebagai kurangnya berat badan anak bila dibandingkan dengan berat badan ideal anak sesuai dengan tinggi badan anak. Malnutrisi terbagi menjadi dua, yaitu malnutrisi ringan dan malnutrisi berat.
Malnutrisi ringan biasa disebut dengan gizi kurang, terjadi bila berat badan anak hanya 70-90% dari berat badan ideal menurut tinggi badan anak. Sementara itu, malnutrisi berat atau biasa disebut dengan gizi buruk, terjadi bila berat badan anak kurang dari 70% dari berat badan ideal anak menurut tinggi badan.
Malnutrisi dapat memberikan dampak bagi kesehatan anak, baik dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek dari malnutrisi adalah penurunan daya tahan tubuh anak sehingga anak akan lebih mudah terserang penyakit.
Beberapa penyakit yang kian menyerang anak dengan kondisi malnutrisi, misalnya diare, pneumonia, dan penyakit infeksi lainnya. Sementara itu, dampak jangka panjang dari malnutrisi pada anak adalah penurunann kecerdasan dan penurunan kapasitas kerja di masa yang akan datang.
Penyebab Malnutrisi
Malnutrisi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti kurangnya asupan nutrisi, gangguan penyerapan saluran cerna, prematuritas, berat lahir kurang, infeksi kronis, atau disebabkan oleh penyakit kronis lainnya. Namun penyebab tersering malnutrisi pada anak Indonesia adalah asupan nutrisi yang kurang.
Secara umum, malnutrisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tipe marasmus dan kwasiokor.
a. Malnutrisi tipe marasmus ditandai dengan perawakan anak yang tampak sangat kurus, tidak ada lemak di bawah kulit, kulit berkeriput, wajah tampak seperti orang tua, mata cekung, rambut berwarna kekuningan, dan tulang terlihat jelas.
b. Malnutrisi tipe kwasiokor memiliki gejala bengkak pada kaki, tangan dan wajah, perut membuncit, serta kelainan pada kulit.
Cara Pencegahan
⦁ Orangtua harus rutin memantau pertumbuhan anak, baik di posyandu, puskesmas, atau di rumah sakit. Dengan demikian, tenaga medis dapat mendeteksi secara dini jika terdapat gangguan pertumbuhan pada anak, sehingga penanganan awal dapat dilakukan sebelum anak mengalami malnutrisi.
⦁ Pastikan juga memberikan nutrisi seimbang sesuai dengan usia anak dan jagalah kesehatan dasar anak dengan menjaga kebersihan, melakukan imunisasi, dan segera berobat jika anak sakit.