Demi kesehatan ibu dan janin, mulailah selektif memilih makanan. Barisan makanan berikut segera coret dari menu harianmu.
1. Makanan laut yang mengandung merkuri tinggi
Merkuri dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf bayi. Badan pengawasan makanan Amerika, Food and Drug Administration (FDA) dan Environmental Protection Agency (EPA), menyarankan bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri tinggi seperti swordfish, ikan hiu, king mackerel, dan tilefish. Ikan yang dianjurkan adalah Salmon dan tuna yang kaya Omega-3.
2. Susu yang tidak dipasteurisasi (mentah)
Sebagian orang berpendapat kalau susu yang belum dipasteurisasi memiliki manfaat lebih baik untuk tubuh. Namun, bagi ibu hamil dilarang untuk menghindari risiko Listeriosis, bakteri Listeria Monocytogenes yang biasa terdapat pada susu mentah. Infeksi bakteri ini sangat berbahaya bagi janin karena bisa menyebabkan kelahiran prematur, keguguran, atau kematian janin sesaat setelah kelahiran.
3. Daging yang didinginkan atau kurang matang
Kontaminasi bakteri Listeria juga merupakan ancaman dengan daging yang didinginkan seperti kalkun, ham, bologna, daging sapi panggang, dan hot dog. Ini tidak aman kecuali dipanaskan terlebih hingga 165 derajat Fahrenheit sebelum memakannya.
4. Daging mentah atau setengah matang
Hindari semua daging yang mentah atau dimasak setengah matang, termasuk telur harus matang sempurna. Hal ini untuk menghindari risiko bakteri Salmonella dan parasit Toxoplasma, yang dapat menginfeksi bayi yang belum lahir dan menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
5. Kecambah mentah dan semua produk mentah
Jika tidak hamil biasanya makan kecambah mentah tak masalah. Namun beda ketika hamil, karena risiko bakteri yang dapat masuk ke benih tunas melalui retakan di cangkang. Jadi hindari kecambah alfalfa, semanggi, lobak, dan kacang hijau, yang dapat ditemukan di beberapa sandwich dan salad.
6. Keju yang tidak dipasteurisasi
Seperti susu mentah, keju lunak yang tidak dipasteurisasi membawa risiko kontaminasi Listeria. Pastikan selalu memilih keju yang sudah dipasteurisasi sebagai cemilan atau bahan masakan.
7. Minuman energi dan kopi berlebihan
Boleh saja mengonsumsi kopi, namun jangan sampai lebih dari 200 miligram kafein per hari. Kalau tidak bisa menghindari kopi, cukup sekedar mencicipi saja, karena terlalu banyak akan mengganggu kehamilan. Sedangkan minuman energi stop dulu karena mengandung stimulan yang belum terbukti aman digunakan selama kehamilan.
8. Pepaya mentah
Pepaya mentah (hijau) mengandung zat lateks yang dapat memicu kontraksi uterus. Getah yang ditemukan dalam pepaya muda ini bertindak seperti hormon oksitosin dan prostaglandin, yang terlibat di awal persalinan. Jadi hindari segala masakan yang menggunakan pepaya mentah, seperti makanan yang disajikan di restoran Thailand.
9. Makanan dengan lemak trans
Hindari gorengan seperti hash brown, mozzarella stick, dan kentang goreng yang banyak mengandung minyak trans. Juga margarin, frosting, creamer non-dairy, biskuit dan tepung pancake. Cek label kemasan sebelum mengonsumsinya dan pastikan tidak mencantumkan minyak trans.
10. Makanan manis
Biskuit, kue, permen, dan es krim memang menggoda sekali. Namun harus dibatasi jika sedang hamil karena bisa memicu obesitas dan epidemi diabetes. Dan jika Anda cenderung terkena diabetes gestasional (yang sedang meningkat), tubuh mungkin tidak dapat memproduksi cukup insulin untuk menangani semua gula tambahan dalam darah.
11. Soda dan minuman manis
Soda dan minuman kaleng sejenisnya menggunakan gula tambahan sekitar 27 gram atau setara 7 sendok teh. Bahkan minuman teh dan jus bisa sampai 35 g gula per botol, dan tidak memberikan banyak manfaat nutrisi. Mendingan kalau haus minum air putih atau jus buah sayur tanpa tambahan gula.
12. Makanan tinggi sodium
Ciri khasnya adalah memiliki rasa asin berlebihan seperti makanan beku, mie instan, snack kemasan, sup kaleng, dan roti putih. Bagi wanita hamil, Sodium atau natrium bisa menyebabkan rentan terhadap pembengkakan dan retensi air, juga tekanan darah tinggi yang dapat meningkatkan risiko preeklampsia.